TIMES BANGKALAN, SURABAYA – Raisa Andriana tampil dengan keberanian emosional yang jarang ia tunjukkan di hadapan publik.
Di panggung ZAP Fest 2025 Surabaya, yang menjadi penutup rangkaian 16 tahun ZAP Group, Raisa menjadikan momen tiga menit deep talk sebagai ruang untuk membuka perjalanan penyembuhan diri usai perpisahan.
Di tengah sorotan publik tentang proses perceraiannya dengan Hamish Daud, Raisa justru memilih hadir dengan kejujuran yang menyentuh ribuan penonton.

Mengusung tema #ZAPhrodite: “Confidence in Timeless Beauty,” acara ini memang dipenuhi bintang besar. Namun malam itu, spotlight sepenuhnya tertuju pada kisah Raisa tentang self-worth, kehilangan identitas, dan upaya menemukan kembali dirinya.
Menghadapi Ketergantungan dan Kehilangan Diri
Raisa memulai curhatannya dengan membahas fase awal setelah berpisah. Momen ketika seseorang merasa hidupnya runtuh karena terlalu lama menggantungkan kebahagiaan pada pasangan.
"Kita pasti pertama-pertama tuh kayak, ‘Waduh, kalau nggak ada dia gimana nih?’ Karena kita udah lupa, diri kita tuh siapa sih tanpa dia," ujarnya lirih namun jujur.
Ia kemudian menyinggung kondisi banyak perempuan yang terbiasa mengurus dan memfasilitasi orang lain hingga lupa menjaga dirinya sendiri.
"Wanita yang selalu ngurusin orang, selalu memfasilitasi, tapi buat diri kita sendiri kadang-kadang kita suka lupa," tambahnya.
Pesan tersebut beresonansi kuat dengan misi ZAP: bahwa merawat diri bukanlah kemewahan, melainkan kebutuhan yang sering terabaikan perempuan dalam dinamika hubungan.
Dari Keraguan ke Ikhlas
Dalam penjelasannya, Raisa menggambarkan perjalanan emosional yang berlapis. Mulai dari kebingungan, keinginan kembali, hingga akhirnya mencapai tahap penerimaan.
Raisa menegaskan bahwa nilai diri tidak ditentukan oleh ada-tidaknya seseorang dalam hidup kita, melainkan oleh kemampuan berdiri dan menemukan kedamaian sendiri.
Ia menutup penampilannya dengan lagu favoritnya—yang kini terasa lebih personal, lebih bermakna sebagai anthem kemandirian dan penerimaan diri.
Penampilan Raisa bukan sekadar show, melainkan pernyataan publik tentang bangkitnya seorang perempuan yang memilih healing sebagai jalur memperkuat dirinya. Di tengah isu pribadi yang terus diberitakan, ia justru menemukan panggung untuk menyampaikan pesan keberdayaan yang menginspirasi banyak orang.
"Lama-lama kita bisa, 'Hmm, ternyata nggak apa-apa nggak ada dia'," katanya, sebuah kalimat sederhana yang langsung disambut sorakan emosional penonton. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Panggung Kejujuran Raisa di Surabaya: Deklarasi Jati Diri di Tengah Perpisahan
| Pewarta | : Zisti Shinta Maharani |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |